Bulan Maret 2019 lalu, Jakarta meresmikan beroperasinya moda transportasi baru, yaitu Mass Rapid Transport atau biasa disebut MRT. Ditemani oleh 2 adik tingkatku pada waktu kuliah (sebenarnya aku yang ngekor sih, itu juga tidak sengaja), aku menjajal rasanya naik MRT yang diberi nama “Ratangga” ini.
Ratangga sendiri diambil dari bahasa Jawa Kuno yang artinya “kendaraan beroda” atau “kereta”. MRT Jakarta ini mulai dibangun pada Oktober 2014 dan baru diresmikan pada tanggal 24 Maret 2019. 18 April 2019 kemarin, aku dan 2 orang adik tingkatku (Puspa dan Melita) menjajal rasanya naik MRT Jakarta ini. Memulai perjalanan dari stasiun Dukuh Atas BNI, aku mengajak kedua adik tingkatku untuk pergi ke Senayan dan melihat JPO baru di sana (Baca : Mengintip yang Baru di Ibukota Lewat Bidikan Lensa).

Menuruni tangga satu demi satu, akhirnya kami sampai ke dalam stasiun MRT Dukuh Atas BNI. Di dalam masih terlihat sepi, hanya ada beberapa petugas jaga, loket dan juga beberapa petugas yang siap menawarkan kartu-kartu pembayaran elektronik.

Oh ya, jika ingin menggunakan MRT, pastikan untuk membawa salah satu jenis kartu pembayaran elektronik (ex : E-Money Mandiri, Tapcash BNI, Brizzi, Flazz BCA), karena pembayarannya bisa menggunakan kartu-kartu tersebut. Namun jika tidak membawa atau tidak punya, bisa dengan membeli tiket di loket-loket yang tersedia atau menggunakan mesin tiket mandiri. Secara sistem, memang mirip-mirip dengan naik KRL sih. Untuk tarifnya, Dukuh Atas BNI sampai Senayan hanya Rp 3.500,-, namun kalau membeli tiket di loket, ada tambahan biaya Rp 15.000,- (kalau tidak salah, cmiiw), tapi tenang saja, pada saat sudah turun, tiket bisa dikembalikan ke loket dan uang akan dikembalikan, jadi hanya bayar biaya Rp. 3.500,- saja. Untuk keseluruhan rutenya, saat ini MRT Jakarta melayani rute dari Bundaran HI sampai Lebak Bulus, sedangkan rute sisanya (Bundaran HI menuju Kota), rencananya akan disiapkan pada 2024 mendatang.

Setelah membeli tiket untuk Melita, kami bergegas menuju ruang tunggu MRT. Untuk mencapai ruang tunggu MRT, ternyata kami harus turun lagi ke bawah, jadi memang MRT ini benar-benar ada di bawah tanah ya.

Sampai di ruang tunggu (yang ternyata sepi), terdapat 2 lajur rel, 1 mengarah ke Bundaran HI dan yang lainnya mengarah ke Lebak Bulus, karena kami ingin ke Senayan, kamipun menunggu di jalur yang mengarah ke Lebak Bulus. Ruang tunggu MRT cukup nyaman, tidak panas (dipengaruhi juga oleh kondisi yang sepi saat itu), bersih, lift prioritas juga mencapai ruang tunggu tersebut (jadi bagi teman-teman disabilitas, jangan khawatir soal akses ya), namun tempat duduk yang masih kurang.
Untuk etika naik MRT juga jangan dilupakan ya, berikan dulu kesempatan bagi penumpang yang ingin turun, baru kemudian kita naik, jangan berebutlah, Indonesia kan bangsa yang beradab dan tahu aturan toh…
Setelah menunggu beberapa saat, MRT Jakarta alias Ratangga akhirnya tiba, kami bergegas menuju pintu masuk Ratangga, sembari memberikan kesempatan kepada penumpang yang ingin turun, dan akhirnya kami tiba di dalam Ratangga!

Saat naik Ratangga, yang pertama kali terbersit adalah…bersih dan terang! Didominasi oleh warna putih dan lampu yang terang, sesaat kami lupa berada di Jakarta (kalau kata Puspa kayak di Korea-Korea gitu). Dibandingkan dengan KRL, Ratangga melaju lebih cepat, jadi hati-hati ya bagi penumpang yang berdiri, pastikan selalu berpegangan pada sesuatu supaya tidak nyungsep alias jatuh. Untuk yang takut nyasar, jangan khawatir, selain pemberitahuan lewat interkom, ada juga pemberitahuan tepat di atas pintu Ratangga, jadi pastikan memperhatikan salahsatunya ya supaya tidak salah turun.

Saat itu, Ratangga tidak terlalu penuh, tempat duduknya memang terisi penuh, namun tidak banyak penumpang yang berdiri, jadi cukup nyaman menurutku. Setelah beberapa saat, kami sampai di tujuan kami, yaitu stasiun Senayan.

Turun dari Ratangga, kami bergegas menuju loket untuk menukar tiket milik Melita. FYI–For Your Info, ternyata di Stasiun Senayan, commercial area-nya sudah aktif alias sudah ada yang berjualan, berbeda dengan Dukuh Atas BNI yang belum ada apa-apa.

Done! Tiket sudah di refund, kami menuju pintu keluar. Di stasiun Senayan ada 2 pintu keluar (yang juga berlaku sebagai pintu masuk), kami memilih pintu keluar yang ada eskalator-nya (generasi anti naik tangga, jangan ditiru ya :p) untuk menuju JPO tujuan kami, yaitu JPO baru Senayan.

Kesan setelah naik Ratangga :
Ratangga cukup nyaman dan cepat, lebih nyaman dan lebih cepat daripada naik KRL, dengan tarif yang juga murah, sistemnya yang mirip-mirip dengan KRL juga mempermudah para pengguna yang sudah terbiasa menggunakan KRL, sayangnya saat ini jalur yang siap baru Bundaran HI-Lebak Bulus, namun overall, sudah cukup memuaskan. Semoga jalur berikutnya cepat selesai ya!
Sampai disini dulu cerita kali ini, see you guys on the next story! Cheers~

