Hari terakhir di Belitung, kami sudah harus kembali ke kenyataan pada siang harinya, waktu yang tersisa kami manfaatkan untuk berjalan-jalan di sekitar Tanjung Pandan.
Pantai Tanjung Pendam
Check out dari penginapan, kami langsung menuju pantai Tanjung Pendam. Pantai ini terletak di kota Tanjung Pandan, dan cukup dekat dengan pusat kota. Pantai Tanjung Pendam ini masih tergolong bersih untuk tujuan wisata, sayangnya kami menyambangi pantai ini pada pagi hari, padahal kabarnya sunset disini cukup indah. Kalau ingin mengunjungi pantai ini, atau menginap di dekat pantai ini, sebenarnya banyak penginapan di dekat pantai Tanjung Pendam ini, di bagian depan pantai dekat pintu masuk juga banyak tersedia kafe-kafe dan rumah makan yang buka sampai cukup larut.
Usai menikmati angin pantai dan berfoto-foto sejenak, kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju Rumah Adat Belitung.



Rumah Adat Belitung
Tujuan kami selanjutnya adalah rumah Adat Belitung. Sebenarnya rumah ini hanyalah contoh saja, lebih tepat jika dikatakan sebagai museum, karena selain bentuknya yang memang seperti rumah adat asli Belitung, di dalamnya juga dipajang berbagai macam barang tradisional Belitung. Rumah Adat Belitung ini sendiri diresmikan pada 30 Juni 2009 oleh Ir. H. Darmansyah Husein, yang notabene adalah Bupati Belitung pada waktu itu.

Rumah adat Belitung berbentuk rumah panggung, dimana keseluruhan konstruksinya menggunakan kayu. Didalamnya, rumah adat Belitung ini tidak memiliki sekat-sekat untuk ruangan, sehingga memberikan kesan lega dan luas. Rumah adat Belitung ini juga cukup sejuk, padahal kala itu matahari sedang panas-panasnya di Belitung.
Di bagian depan rumah, dipajang beberapa foto-foto Belitung jaman dulu, namun yang paling menarik perhatian adalah pajangan pernikahan ala Belitung.

Terlihat ada beberapa benda yang dipajang disana, selain baju pernikahan adat Belitung, ada juga pajangan hidangan-hidangan ala Belitung. Prosesi pernikahan adat Belitung sendiri di awali dengan mempelai pria yang dijemput oleh rombongan mempelai wanita, setelah dijemput, mempelai pria akan menyerahkan Tipa, yaitu kotak berisi uang yang berada dibalik rangkaian bunga sebagai tanda bahagia memiliki seorang istri, kemudian rombongan mempelai pria dan wanita akan bersama-sama menuju kediaman mempelai wanita sambil diiringi musik rebana.
Saat sampai di kediaman mempelai wanita, perwakilan mempelai pria harus beradu pantun dengan perwakilan mempelai wanita. Tradisi ini disebut ‘berebut lawang’. Ada tiga pos yang harus dilewati mempelai pria dan disaat berebut lawang ini, perwakilan mempelai pria menyerahkan uang yang dianggap sebagai ‘uang perayu’ agar diperbolehkan lewat oleh perwakilan mempelai wanita.
Sesudah melewati pos terakhir yang terletak di depan kamar mempelai wanita, barulah prosesi pernikahan dimulai. Sebelum ijab kabul, orang tua mempelai wanita akan membuka tipa untuk melihat isi kotak tersebut, barulah setelah itu ijab kabul dilaksanakan. Setelah ijab kabul selesai, kedua mempelai akan keluar untuk menerima ucapan selamat dari seluruh undangan yang hadir.
Selain pajangan pernikahan adat Belitung, ada juga baju adat Belitung diruangan tersebut.
Pindah kebagian belakang rumah, banyak pajangan berupa barang-barang dapur dan beberapa peralatan pertukangan. Oh ya, di bagian tengah, penghubung antara rumah bagian depan dan belakang, ada yang berjualan barang-barang dengan nuansa Belitung, ya semacam oleh-oleh.
Next, kami bertolak menuju tujuan terakhir kami di Belitung, yaitu danau Kaolin.
Danau Kaolin
Tidak banyak yang bisa dilakukan di danau Kaolin selain berfoto. Danau ini tadinya adalah sebuah tambang kaolin. Danau ini terkenal akan pemandangannya yang putih bersih dan airnya yang berwarna biru. Sayang, saat kami berkunjung kesana, matahari benar-benar sedang terik-teriknya, sehingga mengganggu penglihatan yang menyebabkan danau ini terlihat tidak begitu bagus, selain itu terdapat pagar yang membatasi pengunjung agar tidak terlalu dekat dengan tepi danau.

Hanya sebentar kami di danau Kaolin, selain karena matahari yang panasnya menyengat, kami juga harus mengejar penerbangan kami kembali ke Jakarta. Selesai mengabadikan diri di danau Kaolin, kamipun bergegas menuju ke bus. Bus yang bergerak dengan kecepatan sedang menuju Bandar Udara Internasional H. A. S. Hanandjoeddin, menjadi tanda sudah berakhirnya liburan kali ini.

keep on writing, success!
LikeLike