Awal bulan Agustus 2016 aku memulai masa kerjaku di salah satu kontraktor BUMN di Indonesia. Sekarang aku sudah bekerja selama 1 tahun 5 bulan, dan masih banyak orang-orang di sekitarku yang sepertinya tampak bingung atau tidak tahu bagaimana kerja di kontraktor / proyek.
“Kamu belum pulang?Kamu Sabtu-Minggu masuk?Loh kok bisa pulang sekarang?Cuti ya?”

Kira-kira begitulah pertanyaan yang seringkali muncul dari orang-orang disekitarku, mereka kebanyakan heran kenapa aku tetap masuk kerja di hari Sabtu dan Minggu, tetap bekerja di tanggal merah, namun bisa tiba-tiba pulang, atau jalan-jalan di hari-hari biasa, dan aku selalu kesulitan menjelaskan tentang pekerjaan di kontraktor, terlebih di proyek. Kebanyakan orang masih terpengaruh dengan pola kerja kantoran pada umumnya, masuk hari Senin-Jumat kadang Sabtu juga masuk dan Minggu libur, masuk pukul 08.00 pagi, pulang 16.30 sore, selebih dari itu, waktu bekerja dikatakan lembur. Well, itu buat sebagian besar orang mungkin punya jam kerja seperti itu, tapi tidak buat ku dan rekan-rekan sesama pelaku konstruksi.

Di tempatku bekerja, aku kebetulan ditempatkan di proyek, bukan di kantor pusat, sehingga boleh dikatakan jam kerjaku tidak jelas, tidak terbatas, bahkan kalau kuat, sebenarny harus bekerja 7×24 jam seminggu, alias setiap hari, setiap waktu, mengapa begitu? Karena suatu proyek memiliki jangka waktu penyelesaian sesuai kontrak, ada batas waktu pengerjaan proyek tersebut, yang jika proyek tersebut belum selesai sesuai dengan jangka waktu yang tertera di kontrak kerja, maka pihak kontraktor bisa di denda oleh pemilik proyek, inilah mengapa bekerja di proyek memiliki jam kerja yang tidak manusiawi, karena kami selaku kontraktor harus mengejar target. Terlambat 1 hari saja sudah bisa membuat pusing seluruh staf proyek, bahkan terkadang, sudah lembur tiap hari pun tetap saja ada keterlambatan yang terjadi, apalagi kalau kami hanya bekerja dari jam 08.00 pagi sampai 16.30 sore? “Bisa gak kelar ini proyek”, kalau kata Kepala Proyek-ku.

“Hari Sabtu dan Minggu bagaimana?Kok tetap bekerja?”
Ya jelaslah, jangka waktu yang tertera di kontrak kerja adalah jumlah hari di kalender, jadi semisal jangka waktunya 150 hari, ya itu termasuk hari Sabtu dan Minggu, staf-staf proyek yang bertugas di bagian engineering, yang banyak bekerja di depan laptop di kantor proyek saja tetap masuk hari Sabtu dan kadang-kadang Minggu, apalagi yang bertugas di lapangan, termasuk tenaga-tenaga atau mungkin kalian lebih kenal dengan istilah “tukang”, juga bekerja di hari Sabtu dan Minggu, semua demi mengejar target, progress, pencapaian, apapunlah istilahnya. Ingat, terlambat sehari dari waktu yang sudah disetujui di kontrak saja tetap akan terkena denda dari pemilik proyek.

Ya jadi begitulah bekerja di kontraktor secara garis besar, mungkin ada yang berbeda di kontraktor lain, tapi di tempatku bekerja ya seperti ini adanya, kalau kata Kepala Proyekku yang sekarang, kerja di kontraktor itu “Ndue omah ora di turoni, ndue bojo ora di keloni” (Punya rumah gak ditidurin, punya istri gak dikeloni. Sedikit berlebihan mungkin tapi memang begitu keadaannya, staf-staf proyek yang sudah berkeluargapun biasanya pulang hanya seminggu sekali, itupun yang staf engineering, kalau yang staf lapangan biasanya bisa 2 hingga 3 bulan sekali (ini biasanya tergantung kebijakan kepala proyek juga sih, makanya orang proyek jam kerja tak menentu tapi boleh dibilang liburnya bisa diatur sendiri) , makanya tidak heran kalau ada orang proyek yang tidak dikenali oleh anaknya sendiri, akibat jarang pulang ke rumah (ini beneran, salah satu drafter bercerita ia sempat tidak dikenali dan dipanggil om oleh anaknya yang masih kecil kala itu).

Ya ini semua hanyalah sedikit gambaran bagi orang-orang atau adik-adik angkatan saya yang ingin bekerja di kontraktor, terutama yang mengincar kontraktor-kontraktor BUMN, tapi ya ada enaknya kok, tergantung bagaimana nanti kita menyikapinya. Aku yang ditempatkan di departemen infrastruktur, sehingga proyek-proyek yang kukerjakan adalah proyek-proyek infrastruktur (seperti jalan tol, jembatan, bendung, bandara, dll), buatku ini adalah salah satu caraku turut berkontribusi untuk kemajuan negara, yaitu dengan terlibat dalam membangun infrastruktur-infrastruktur yang akan menopang kemajuan Indonesia.

Jadi, daripada mengeluh akan kekurangan negara kita Indonesia, bagaimana kalau kita mulai ikut membantu memperbaiki apa yang menjadi kekurangan Indonesia dan mempertahankan apa yang sudah baik? “Start to do something real rather than just talk”. Cheers.
pekerja lapangan mantap gan, identik dengan pekerja keras tidak kenal lelah
LikeLike
Betul gan, lembur terus haha
LikeLike
Good job masbro
LikeLiked by 1 person
gan gmn caranya biar ga takut dalam bekerja pertama kali utk fresh graduate
LikeLike
Yang pnting yakin dulu gan, sama jangan takut bikin salah dan jangan takut untuk bertanya, awal2 kan pasti ada pengarahan2 dulu, saya skrg udh 3 tahun lebih kerja dan ternyata mampu bertahan kok
LikeLike
Umir tak selalu panjang, Cintai berkumpul dg keluarga mumping msh ada ,tapi apa daya ini semua DEMI Makan dan masa depan.
LikeLike
Kalo lemburan dibayar ga sih? Sepadan ga gajinya?
LikeLike
Tergantung posisi nya apa di proyek. Kalo org tenaga harian ya pasti ada lemburannya. Sepadan nggak nya menurut sy balik ke masing2 orang, karena kayaknya kalo soal gaji sih orang gak ada puas nya hehe
LikeLike